HOME

Selasa, 31 Mei 2011

Cerita Manis Juragan Odong-Odong

Cerita Manis Juragan Odong-Odong



alow agan2 semua disini... 

maap nubi di sini mau ijin buat treat lagi.. 

sebelumnya maaf ya kalo 

Quote:
tapi sebelumnya ingat 4D Bagi kaskuser yg baik
1. Di lihat
2. Di Baca
3. Di Comment
4. Di Rating 

lanjut aja nih... 


Quote:

Cerita Manis Juragan Odong-Odong
SEHARI DAPAT SETORAN RP 800 RIBU


begini ceritanya... 



Odong-Odong ternyata bisnis yang manis. Padahal semula dipandang bisnis ini sebelah mata. Inilah cerita cerita pembuat sekaligus juragan odong-odong.

Sebuah bengkel yang terselip di antara warung dan rumah petak di kawasan Percetakkan Negara, Jakarta Pusat, tampak sibuk. Dikelilingi debu jalanan sempit yang ramai, beberapa orang tengah mengelas sebuah rangka kereta kuda. Oleh sang pemilik bengkel Mulyadi (37), kereta mungil itu disebut andong. Masyarakat menyebutnya odong-odong.

Mulyadi mengawasi pekerjaan karyawan yang berjumlah sepuluh orang. Ia juga tampak puas melihat beberapa kereta yang sudah hampir selesai dicar warna-warni.

Kereta mungil yang dikenal dengan nama odong-odong itu sebagian sudah terlihat bentuknya. Beberapa kereta lainnya bahkan sudah hampir selesai di cat warna-warni yang sangat menyolok mata. "Kami sedang menyiapkan pesanan 30 unit andong untuk dikirim ke Manado," kisah pria berkumis ini.

Usaha yang dirintis Mulyadi, saat ini boleh dibilang tengah naik daun. Lihat saja di beberapa kompleks perumahan di Jakarta, odong-odong selalu terlihat. Anak-anak begitu senang naik odong-odong, diiring lagu anak dari suara tape yang dipasang di kereta itu.


Anak ke-10 dari 12 bersaudara ini tak menduga bakal jadi pengusaha odong-odong. Awalnya, ia keliling Jakarta menjajakan gordin. Namun, tahun 2003 usahanya tidak jalan. "Akhirnya, saya mencoba usaha baru yaitu membuat andong atau odong-odong ini," katanya.

Mulyadi mengiaku tak tahu siapa yang pertama kali memulai usaha membuat odong-odong. Yang ia tahu, mainan ini disebut andong karena semua mainan ini menggunakan kuda-kudaan dari kayu seperti delman. "Sekarang saya malah enggak tahu kenapa disebut odong-odong. Mungkin mengambil nama dari andong dan kedengarannya juga enak," kata bapak tiga anak ini.

BUAT BERBAGAI MODEL



Diceritakan Mulyadi, tahun 1990 ia merantau ke Jakarta. Apa saja dikerjakan untuk menyambung hidup. Mulai dari jualan barang elektronik sampai menjadi sopir truk. "Apa saja saya lakukan untuk menghasilkan uang secara halal. Makanya tak aneh bila sekarang saya mencoba usaha ini," jelas pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu.

Ide usaha ini dikatakan Mulyadi, berawal ketika ia melihat mainan anak-anak di mal. Hanya saja mainan di mal iru harganya mahal. "Saya mencoba membuat mainan sejenis, tapi harganya enggak semahal di mal. Kebetulan, saya pernah melihat orang membuat usaha ini."

Sejak itu, Mulyadi mulai menyusun konsep membuat andong. Hanya saja, ia tidak punya acuan. Akhirnya, ia mencoba-coa membuat sendiri. "Ternyata berhasil. Setelah ketemu cara pengoperasiannya, saya membuat satu andong."

Di masa tahap uji coba, "Modal yang saya keluarkan tidak terlalu besar. Untuk membuat satu andong, saya mengeluarkan dana sekitar Rp 1 juta. Awalnya, sih, bentuknya kurang bagus. Tapi, saya enggak putus asa."

Andong hasil karyanya diuji-coba. Mulyadi membawa sendiri ke perumahan. Tak diduga, andong buatannya menarik perhatian banyak anak. Mereka langsung ingin menjajal nikmatnya naik odong-odong. "Hasilnya lumayan. Sehari saya mengumpulkan uang sekitar 250 ribu."


Melihat hasilnya yang lumayan, teman-teman Mulyadi banyak yang tertarik untuk menjadi penarik andong. Mulyadi pun ingin menambah odong-odongnya. Agar lebih beragam, Mulyadi mengubah model odong-odong. "Bila awalnya membuat mainan kuda-kudaan, saya mulai membuat odong-odong berbentuk mobil-mobilan atau sepeda motor."

Model keretanya pun ikut berubah. Bila awalnya hanya berbentuk kotak sekarang sedikit melengkung. "Ternyata model andong buatan saya disukai banyak orang. Tiga tahun menggeluti usaha ini, saya sudah mengirim andong hampir seluruh Indonesia. Seperti Medan, Lampung, Padang, Palembang, Manado."

TREND SETTER ANDONG



Meski sukses, Mulyadi tak pelit untuk membagi ilmu kepada teman-temannya. "Beberapa anak buah saya sudah memiliki andong sendiri. Bahkan bekas anak buah saya ada yang sudah punya bengkel pembuatan andong. Saya enggak sakit hati, sebaliknya malah senang ada anak buah saya yang mandiri. Namanya mencari rezeki silakan saja."

Munculnya saingan tak membuat Mulyadi khawatir. Ia yakin, karyanya tetap berbeda dengan andong lain. "Saya terus-menerus melakukan perubahan. Mulai dari bentuk mainan, bentuk kereta dan musik. Bukan omong sombong, mainan andong yang ada sekarang itu mengikuti saya. Bisa dibilang, saya trend setter andong."

Satu lagi yang membedakan, kata Mulyadi, musik andong buatannya menggunakan alat-alat musik terbagus. "Musik saya bisa mengalahkan andong lain. Musik andong saya enggak hanya keras, tapi juga enggak menyakitkan telinga. Dengan begitu, musik yang keluar dari andong saya sangat enak didengar. Dengan musik bagus, otomatis menarik pelanggan. Sangat menunjang dilapangan."

Semakin lama menggeluti usaha ini, andong buatan Mulyadi semakin bagus. "Saya pun semakin dapat banyak pesanan. Karena enggak punya modal, mereka terlebih dulu memberi uang pada saya. Saya ingat, pelanggan pertama saya berasal dari Cibubur. Yang lucu, dia sampai menjual motor ojeknya untuk bisa punya andong. Dia bilang prospek andong lebih bagus daripada ojek."

Begitu banyaknya pesananan, kini Mulyadi memilki empat buah bengkel. Dalam sebulan, ia bisa membuat 40 unit andong. "Harga per unit Rp 6 atau 7 juta rupiah."

TOLAK PESANAN


Meski sudah punya empat bengkel, Mulyadi tetap tak bisa memenuhi pesanan pelanggan. "Terkadang, saya sampai menolak pesanan. Makanya saya berencana membuka bengkel lagi," kata Mulyadi yang berencana membuka bengkel di Medan. "Pesanan dari Medan dan sekitarnya juga banyak. Di sana, banyak peminat. Hanya saja mereka merasa terlalu mahal untuk membeli andong dari Jakarta."

Selain membuka bengkel membuat andong, Mulyadi tak meninggalkan usahanya menjadi juragan andong. "Sejak dulu sampai sekarang, saya mempertahankan 20 buah andong di rumah. Lumayan untuk membantu pemasukan rumah tangga," tukasnya tersenyum.

Usaha andong Mulyadi memang menjanjikan. Dari 20 andong miliknya, Mulyadi bisa mendapat pemasukan Rp 800 ribu per hari. "Setoran satu andong Rp 40 ribu. Alhamdulillah penghasilan saya dapat menghidupi keluarga. Saya pun bisa mempunyai rumah dan kendaraan. Saya juga bisa membuat lapangan kerja baru. Usaha seperti ini jelas sangat menguntungkan karena tidak terkena imbas kenaikan BBM," bebernya.

Mulyadi sadar, semakin banyak yang melakukan usaha sejenis. Itu sebabnya, ia terus melakukan perbaikan dan pembaruan usahanya. Salah satunya terus memperbaiki model andong. "Saya yakin, usaha ini akan terus jalan. Mengapa? Setiap saat pasti akan terus ada anak kecil yang ingin naik andong," imbuhnya.

"PENDAPATAN BAGUS"


Selain Mulyadi, pengusaha andong Irianto (34) pun mengaku dapat hidup dari usaha ini. "Saya mulai usaha ini dua tahun lalu. Dari satu andong, sekarang saya punya 9 andong. Sebenarnya saya punya 10 buah. Tapi baru seminggu lalu, satu odong-odong saya dibawa kabur," tukasnya.

Iseng dan ingin mencoba peruntungan membawa Irianto menekuni usaha ini. "Lama-lama, kok, pendapatannya bagus. Akhirnya saya teruskan usaha ini sampai sekarang," kata pria asal Solo ini.

Sama seperti Mulyadi, Irianto juga membuat andong. "Andong buatan saya dijual dengan harga Rp 5 juta. Tapi saya enggak punya bengkel sendiri. Saya bikin kerangka andong di bengkel teman saya. Andong buatan saya dijamin lebih awet. Saya pakai cat semprot. Sebelumnya, badan odong-odong didempul," tutur Irianto berpromosi.




Spoiler for buka
Quote:

Ada yang berminat?.... 

Sumber1
Sumber2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar